vendredi 13 avril 2012

elegi

sejenak aku berhenti dalam segala aktivitasku berkat sebuah nama yang tiba-tiba hinggap ke dalam benak seperti seekor kutu loncat. tiba-tiba hinggap, sejenak tinggal, lalu kemudian pergi terbawa arus penat tak tertahankan,
tetapi dalam setiap gelapnya malam ku lalui, selalu saja ada waktu -beberapa menit berharga yang penuh senggang- untuk membuka sebuah kotak beludru hitam berpita merah. tidak satupun tahu apa isinya. tidak satupun kecuali aku dan Tuhan
berbagai macam kenangan yang singkat namun menggurat jiwaku dalam-dalam dan menancapkan setengah cakarnya yang tajam disana lalu cepat-cepat mencabutnya sehingga yang ku rasakan adalah semu
kau mengajakku merajut khayal dan ragu,
kau mengajakku menari dalam permadani bunga-bunga mawar merah, kau membuatku mau menghitung konstanta jarak yang membentang. kau membuatku mengerti bahwa cinta tak membutuhkan variabel-variabel.
kau membisikkanku sebuah elegi, nampaknya terukir penuh rindu namun senyap menguasai antara engkau dan aku... padahal sejuta kata-kata bermajas telah menguasai benakku - telah mendesak untuk ku ungkapkan
emosi yang meluap luap dalam jiwaku namun berhasil ku redam dan ku desak dalam sampai nyaris tersembunyi dan terbengkalai
namun jujur
setiap ku melihat seseorang menendang bola di kakinya, aku teringat olehmu, dan di kedua mataku ini seperti engkaulah yang menendang bola itu,
setiap ku lihat setangkai mawar merah dengan kelopak-kelopaknya yang segar bersemi, yang ku ingat adalah dirimu
setiap ku melihat matahari muncul pada pagi hariku, itu juga masih dirimu yang disana.
apakah kau menguasai hari-hariku?
apakah kau punya sayap yang menutupiku dari godaan akan adanya yang lain lain? dan disanalah aku mulai menemui sayap abu-abu yang nyaris patah milik seekor garuda.
ada apa denganku?
dongeng indah ini mungkin bukan benar benar milikku, bisa saja ini hanya bayang semu musim tanpa gemintang yang sungguh kelabu
tapi semua memang serba abu-abu
kau tidak akan tahu batas-batas, yang kau tahu hanyalah terus saja melangkah karena jalannya hanyalah satu ruas. 
kau, bintang biruku, sedang apa kau disana? Disini, aku menabur mawar merah yang sama agar angin tahu dan menangis lalu mengadu pada bintang-bintang... dan biar bintang-bintang itu mengabarimu : aku rindu.

Aucun commentaire: